ABSTRAK
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang meyeluruh terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini diterapkan secara utuh akan menghasilkan hasil yang optimal dalam pembelajaran. Adapun bagian-bagian tersebut adalah kontrukivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sangat berguna bagi siswa karena dengan menggunakan model pembelajaran CTL siswa dapat membentuk pengetahuannya berdasarkan kehidupan nyata dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan model pembelajaran CTL, namun ada pula kekurangan dalam model pembelajaran CTL.PENDAHULUAN
Hasil-hasil
pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu kurang
memuaskan berbagai pihak yang berkepentingan. Hal tersebut setidak-tidaknya
disebabkan oleh tiga hal. Pertama, perkembangan kebutuhan dan aktivitas
berbagai bidang kehidupan selalu meninggalkan proses/hasil kerja lembaga
pendidikan atau melaju lebih dahulu daripada proses pengajaran dan pembelajaran
sehingga hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran tidak cocok/pas dengan
kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan
temuan-temuan kajian (yang baru) dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan
pengajaran membuat paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada
sekarang tidak memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan
kenyataan negatif tentang hasil pengajaran dan pembelajaran menuntut
diupayakannya pembaharuan paradigma, falsafah, dan metodologi pengajaran dan
pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan mutu dan hasil pembelajaran dapat
makin baik dan meningkat.
Agar
hasil pembelajaran dapat meningkat, maka dapat digunakan berbagai model
pembelajaran yang relevan dengan situasi peserta didik dan situasi
lingkungannya. salah satu model pembelajaran yang dapat memberdayakan siswa,
yakni dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching and Learning).
CTL yang mana cara pembelajarannya dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa.
A. Pengertian Contextual Teaching and Learning
Menurut Elain B. Johnson (dalam
Setiawan, 2007) CTL merupakan pembelajaran yang bertujuan agar siswa memaknai
pembelajaran dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik yang mereka
pelajari dengan konteks kehidupan nyata mereka. Depdiknas mendefinisikan CTL
sebagi suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari ( konteks pribadi, sosial
dan kultural). Sehingga siswa memiliki keterampilan yang
fleksibel yang dapat diterapkan dari satu konteks ke konteks lainnya. Sejalan
dengan itu, Nurhadi (Harsono, 2017: 44) mengemukakan definisi CTL, yaitu:
CTL merupakan konsep
pembelajaran yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa.
Dari beberapa pengertian diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa CTL merupakan sebuah pembelajaran yang dapat mendorong
siswa untuk menghubungkan materi yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan
nyata. Konteks kehidupan tersebut diantaranya
konteks pribadi, sosial, dan budaya.
B. Landasan Contextual Teaching and Learning
1.
Landasan Filosofis
Contextual
Teaching and Learning (CTL) banyak
dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme. Konstruktivisme adalah salah satu
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan bentukan dari diri
sendiri. Ditjen Dikdasmen (2003: 3-5) menjabarkan kecenderungan tentang belajar
berdasarkan konstruktivisme sebagai berikut :
a. Proses
belajar yang meliputi:
1) Belajar
tidak hanya sekedar menghapal, siswa harus mampu mengkonstruk pengetahuan
dibenak mereka sendiri.
2) Siswa
belajar dari mengalami, siswa mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru bukan diberikan begitu saja oleh guru.
3) Pengetahuan
yang dimiliki seseorang terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang
sesuatu persoalan.
4) Pengetahuan
tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
5) Manusia
mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
6) Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
7) Proses
belajar dapat mengubah struktur otak.
b. Transfer
belajar yang meliputi :
1) Siswa
belajar dari pengalamannya sendiri bukan dari orang lain
2) Keterampilan
dan pengetahuan diperluas dari konteks yang terbatas
3) Siswa
mengetahui untuk apa ia belajar dan bagaimana ia menggunakan keterampilan dan
pengetahuannya
c. Siswa
pembelajar yang meliputi :
1) Siswa
memiliki kecenderungan untuk belajar dengan cepat mengenai hal-hal baru
2) Guru
berperan untuk membantu menghubungkan antara hal-hal yang baru diketahui siswa
dengan hal yang sudah diketahui siswa
3) Guru
bertugas untuk memfasilitasi supaya informasi baru bermakna bagi siswa dan
memberi kesempatan kepada siswa unuk menemukan dan menerapkan ide-idenya
d. Pentingnya
lingkungan belajar yang meliputi :
1) Belajar
efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa
2) Strategi
belajar lebih penting daripada hasilnya
3) Umpan
balik sangat penting bagi siswa yang berasal dari proses penilaian yang benar
4) Menumbuhkan
komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting
2.
Landasan Psikologis
Contextual Teaching
and Learning (CTL) berpijak pada aliran psikologi
kognitif. Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses anak
secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui
pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Perkembangan kognitif
sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan
lingkungannya.
Jadi, dalam model Contextual Teaching and Learning (CTL)
siswa bukan hanya menghapal atau mengumpulkan fakta-fakta. CTL merupakan proses
pemecahan masalah dan proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap
dari yang sederhana menuju yang kompleks serta menangkap pengetahuan dan
kenyataan sehingga pembelajaran bermakna untuk kehidupan peserta didik.
C. Karakteristik
Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang membedakan
dengan pembelajaran yang lain. Berikut ini karakteristik pembelajaran CTL menurut beberapa ahli:
1. Menurut
Muslich terdapat 6 karakteristik pembelajaran CTL, yaitu:
a. Learning in real life
setting. Pembelajaran diarahkan pada
ketercapaian keterampilan dalam monteks lingkungan yang nyata atau pembelajaran
dilaksanakan dalam lingkungan alamiah.
b. Meaning full learning.
Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas
yang bermakna.
c. Learning by doing.
Pembelajaran dilaksanakan dengan siswa belajar sambil melakukan sesuatu
sehingga memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
d. Learning to know each
other deeply. Pembelajaran dilakukan dengan
berdiskusi dalam kelompok, bekerja sama, dan saling mengoreksi antar teman.
e. Learning to ask,
inquiri to work together. Pembelajaran
dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan saling bekerja sama dalam
keompok.
f. Learning as an enjoy
activity. Pembelajaran dilaksanakan dalam
situasi yang menyenangkan.
2. Menurut
Johnson, terdapat 8 karakteristik pembelajaran CTL, yaitu:
a.
Making
meaningful connections (membuat hubungan
penuh makna). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar
aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja
sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil
berbuat (learning by doing).
b.
Doing
significant work (melakukan pekerjaan penting).
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada
dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.
c.
Self-regulated
learning (belajar mengatur sendiri). Siswa
mengatur pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang
lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produk/hasilnya yang
sifatnya nyata.
d.
Collaborating
(kerja sama). Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling
berkomunikasi.
e.
Critical
and creative thingking (berpikir kritis dan
kreatif). Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara
kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah,
membuat keputusan, dan menggunakan bukti-bukti dan logika.
f.
Nurturing
the individual (memelihara individu). Siswa
dapat memberi perhatian, harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat
diri sendiri. g. Reaching high standars (mencapai standar yang tinggi).
g. Using authentic
assessment (penggunaan penilaian sebenarnya).
Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi dengan mengidentifikasi tujuan
dan memotivasi siswa untuk mencapainya.
D.
Asas-asas Pembelajaran
CTL
Dalam
pembelajaran CTL, terdapat tujuh komponen utama :
1.
Kontruktivisme
Pada dasarnya pembelajaran melalui CTL mendorong siswa agar bisa
mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengalaman siswa. Siswa mengkonstruksi
pengetahuannya secara bertahap, salah satunya adalah dengan cara melakukan
pengamatan.
2.
Inkuiri
Siswa melakukan kegiatan inkuiri, yaitu menemukan sendiri,
melalui proses berpikir yang sistematis. Dalam pelaksanaannya, guru hanya bertugas
merancang pembelajaran yang memungknkan siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuannya. Proses inkuiri ini dilakukan dalam beberapa langkah yaitu,
merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis,
dan menarik kesimpulan.
3. Bertanya
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing, dan meilai kemampuan berpkir siswa. Bagi
siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam kegiatan pembelajran
inkuiri untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang diketahui dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Menurut Muslich (2009:
43) tahapan bertanya merupakan proses pembelajaran yang sangat penting bagi
siswa, karena melalui bertanya siswa dapat berpikir untuk memecahkan masalah
dalam kehidupannya.
4. Masyarakat belajar
Dalam kelas CTL, masyarakat belajar dapat dilakukan
dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan
dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
5. Pemodelan
Pemodelan adalah sebuah pembelajaran pengetahuan atau
keterampilan dimana dalam pembelajarannya terdapat model yang bisa ditiru. Guru
buikan satu-satunya model, pemodelan juga dapat dilakukan oleh siswa aau
sesorang yang didatangkan dari luar.
6. Refleksi
Menurut Hanafiah (2012: 75) pada tahap refleksi guru
mengajak siswa untuk mengulas kembali apa yang telah mereka pelajari
sebelumnya. adapun bentuk-bentuk refleksi yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran, yaitu pernyataan langsung, catatan atu jurnal dibuku siswa, kesan
dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, dan diskusi hasil karya.
7. Penilaian Autentik
Penilaian autentik perlu dilakukan, agar guru dapat
mengetahui sejauh mana keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh siswa selama pembelajaran.
Penilaian autentik hendaknya dilakukan ketika proses pembelajaran dan akhir
pembelajaran.
E. Langkah-Langkah
Pembelajaran Penerapan Model Pembelajaran CTL
Pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran CTL dapat dilaksanakan dengan baik
apabila memperhatikan langkah-langkah yang tepat. Triatno (2009: 107) secara
garis besar mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL sebagai berikut :
1. Guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok yang dipilih secara acak dengan
menciptakan masyarakat belajar serta menemukan sendiri dan mendapatkan
keterampilan baru dan pengetahuan baru.
2. Siswa
membaca dan mengidentifikasi LKS serta media yang diberikan oleh guru untuk
menemukan pengetahuan baru dan menambah pengalaman siswa.
3. Perwakilan
kelompok membacakan hasil diskusi dan kelompok lain diberi kesempatan
mengomentari.
4. Guru
memberikan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah
dipelajarinya.
F. Keunggulan dan
Kelemahan Pembelajaran CTL
1.
Adapun beberapa
keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
b. Pembelajaran
lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena
metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menganut aliran
konstruktivisme, di mana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar
melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
c. Kontekstual
adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh,
baik fisik maupun mental.
d. Kelas
dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi,
akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
e. Materi
pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian.
f. Penerapan
pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna.
2.
Sedangkan kelemahan
dari pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah sebagai berikut:
a. Diperlukan
waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung.
b. Jika
guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang
kurang kondusif.
c. Guru
lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode Contextual Teaching and Learning (CTL), guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru
bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan
pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau “penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah
pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
d. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri
ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa
agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
Sebagai guru yang baik,
maka kekurangan pada pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) bukan dijadikan sebagai hambatan melainkan
tantangan, guru harus mampu mengatasi beberapa kelemahan pada pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
sehingga guru dapat memberikan pengalaman nyata kepada pembelajaran dan
memberikan keterampilan kepada anak dalam mengaitkan materi dengan kehidupan
nyata, sehingga kelebihan pada pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) ini lebih menonjol daripada kekurangannya.
G.
Perbedaan Contextual
Teaching and Learning dengan Pembelajaran Konvensional
CTL |
Konvensional |
Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran |
Siswa adalah penerima informasi secara pasif |
Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi dan saling mengoreksi |
Siswa belajar secara individual |
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan |
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis |
Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri |
Perilaku dibangun atas kebiasaan |
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman |
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan |
Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan |
Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian
atau nilai (angka) |
Seseorang tidak melakukan hal jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan |
Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman |
Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata |
Bahasa diajarkan dengan pendekatan structural: rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatihkan (drill) |
Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar schemata yang ada dalam diri siswa |
Rumus itu ada diluar siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan |
Pemahaman rumus itu relative berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya sesuai dengan schemata siswa (on going process of development) |
Rumus adalah kebenaran absolute (sama untuk semua orang). Hanya ada dua kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang salah atau benar |
Siswa diminta bertanggungjawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing |
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran |
Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan |
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa |
Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes dll. |
Hasil belajar diukur hanya dengan tes |
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting |
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas |
Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek |
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek |
Perilalu baik berdasarkan motivasi intrinsic |
Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik |
Seseorang berperilaku baik karena yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat |
Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan baik. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan |
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, N. & Wahyuningsih, Y.
(2017). Konsep Dasar Model-Model Pembelajaran
di Persekolahan. Bandung: CV. Alparsiteam
Istiani,
I. (2014). Contextual
Teaching and Learning. [Online].
Tersedia di: http://digilib.uinsby.ac.id/1049/5/Bab%202.pdf
Ummariyah,
U. (2014). Contextual Teaching and Learning. [Online]. Tersedia
di: http://digilib.uinsby.ac.id/877/5/Bab%202.pdf
Zainuddin, A. (2014). Contextual Teaching and Learning. [Online].tersedia di: http://digilib.unila.ac.id/598/3/BAB%20II.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar