Memahami berasal dari kata paham yang artinya mengerti, memaklumi dan mengetahui sesuatu hal yang sedang diamati, didengarkan, dikerjakan ataupun sesuatu hal yang sedang terjadi.1Muhaimin dkk, Dimensi – Dimensi Studi Islam,(Surabaya: Karya Abditama,1994), hlm.149)
Metode dalam memahami Islam harus dilihat dari
berbagai dimensi. Dalam hubungan ini, jika kita meninjau Islam dari satu sudut
pandang saja, maka yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya
yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak
cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Alqur’an
sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi, sebagiannya telah dipelajari oleh
sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi, misalnya, mengandung
aspek-aspek linguistik dan sastra Alqur’an. Para sarjana sastra telah
mempelajarinya secara terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis
dan keimanan Alqur’an yang menjadi bahan pemikiran bagi para filosof serta para
teologi.2 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta: Rajawali
Pers,2009), hlm.152-153)
Ali Syari’ati lebih lanjut mengatakan, ada berbagai
cara memahami Islam. Yaitu : (lima ciri dinul islam)
1.
Dengan mengenal Allah
dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama-agama lain.
2.
Dengan mempelajari kitab
Alqur’an dan membandingkannya dengan kitab-kitab samawi lainnya.
3.
Dengan mempelajari
kepribadian rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar
pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah.
4.
Dengan mempelajari
tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh utama agama
maupun alairan-aliran pemikiran lain.
Seluruh cara yang ditawarkan Ali Syari’ati itu pada intinya adalah metode
perbandingan (komparasi). 3Ibid.,hlm.153-154
Metode lain untuk memahami Islam yang diajukan Mukti
Ali adalah metode tipologi. Metode ini oleh banyak ahli sosiologi dianggap
objektif berisi klasifikasi topik dan tema sesuai dengan tipenya, lalu
dibandingkan dengan topic dan tema yang mempunyai tipe yang sama. Dalam hal
agama Islam, juga agama-agama lain, yaitu:
a. Aspek ketuhanan
b. Aspek kenabian
c. Aspek kitab suci
Aspek keadaan waktu munculnya nabi, orang-orang yang
di dakwahinya, dan individu-individu terpilih yang dihasilkan oleh agama itu.4Yatimin Abdullah,op.cit., hlm.150
Selanjutnya, terdapat pula metode memahami Islam yang
dikemukakan oleh Nasruddin Razzak. Ia mengajarkan metode pemahaman Islam secara
menyeluruh.
Cara tersebut digunakan untuk memahami Islam paling
besar agar menjadi pemeluk agama yang mantap dan untuk menumbuhkan sikap saling
menghormati terhadap pemeluk agam lain. Metode tersebut juga di tempuh dalam
rangka menghindari kesalahfahaman yang menimbulkan sikap dan pola hidup
beragama yang salah.
Untuk memahami Islam secara benar, terdapat empat cara
yang tepat menurut Nasruddin Razzak, yaitu sebagai berikut:
o Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alqur’an dan sunnah
Rasul.
o Islam harus dipelajari secara integral atau secara keseluruhan.
o Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar,
kaumzu’ama, dan sarjana Islam.
o Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis dalam Alqur’an
kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosologis.
Dari beberapa metode tersebut terdapat dua metode
dalam memahami Islam secara garis besar, yaitu:
1.
Metode komparasi, yaitu metode memahami Islam dengan
membandingkan seluruh aspek Islam dengan agama lainnya agar tercapai pemahaman
Islam yang objektif dan utuh. Dalam komparasi tersebut terlihat jelas bahwa
islam sangat berbeda dengan agama-agama lain. Intinya Islam mengajarkan
kesederhanaan dalam kehidupan dan dalam berbagai bidang.
2.
Metode sintesis, yaitu metode memahami Islam dengan
memadukan metode ilmiah dengan metode logis normatif.5
5.
Yatimin Abdullah, op. Cit.,hlm.150-151
Sedangkan menurut Ali Anwar Yusuf dalam bukunya Studi
Agama Islam, terdapat tiga metode dalam memahami agama Islam , yaitu:
1. Metode
Filosofis
Filsafat adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
membahas segala sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan
sedalam-dalamnya sejauh jangkauan kemampuan akal manusia, kemudian berusaha
untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal dengan meneliti akar
permasalahannya.
Memahami Islam melalui pendekatan filosofis ini,
seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama yang bersifat formalistik,
yakni mengamalkan agama dengan tidak memiliki makna apa-apa atau kosong tanpa
arti. Namun bukan pula menafikan atau menyepelekan bentuk ibadah formal, tetapi
ketika dia melaksanakan ibadah formal disertai dengan penjiwaan dan penghayatan
terhadap maksud dan tujuan melaksanakan ibadah tersebut.
2. Metode
Historis
Metode historis ini sangat diperlukan untuk memahami
Islam, karena Islam itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan sangat
berhubungan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Melalui metode sejarah,
seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya dan hubungannya dengan
terjadinya suatu peristiwa.
3. Metode Teologi
Metode teologi dalam memahami Islam dapat diartikan
sebagai upaya memahami Islam dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang
bertolak dari satu keyakinan. Bentuk metode ini selanjutnya berkaitan dengan
pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan yang memandang Islam dari segi
ajarannya yang pokok dan asli dari Allah yang di dalamnya belum terdapat
penalaran pemikiran manusia.6
6. www.rolisiade.blogspot.com(1 November 2010). Diakses, 31 Maret 2012.
C.
Metode memahami islam
Metodologi apa yang tepat digunakan untuk memahami islam? Ulama dan
cendekiawan muslim banyak yang mengajukan metodologi pemahaman islam. Namun
bagi kita, apa dan bagaimana pun modelnya, mereka mengembangkan metodologi atas
dasar pemahaman mereka tentang islam disertai dengan upaya untuk mengunggulkan
islam di atas agama-agama lain. Yang tidak kalah pentingnya adalah metodologi
pemahaman islam bagi kaum awam (bukan ulama dan pelajar ilmu agama). Adapun
metodologi tersebut meliputi:
1.
Metode disiplin ilmu dan kajian isi
Para ulama berhasil menyederhanakan disiplin ilmu
agama sehingga mudah dipahami orang awam sekalipun. Di Indonesia dikenal luas
bahwa ajaran islam terdiri atas tiga disiplin ilmu, yaitu: aqidah, syari’ah,
dan akhlaq. Metodologi yang digunakan biasanya bersifat doktrin.
B. Ruang Lingkup dan Aspek-Aspek Pokok Dinul Islam
Ruang Lingkup : Hablum Minanas, dan Hablum Minallah
Aspek Pokok ;
Aqidah
=> Keyakinan akan adanya Allah dan
ke Esaan nya
Syari’ah
=> Ketaatan, Kepatuhan, dan
Ketundukan hanya kepada Allah
Akhlak
=> Perilaku yang tulus, ikhlas,
dan terpuji berdasarkan iman kepada Allah,
Sesuai
dengan aturan yang ditetapkan Allah dan Rasul Nya.
5. Menjaga dan Memlihara Kehormatan.
2.
Metode kajian Al-Qur’an dan sejarah islam
Syari’ati menegaskan bahwa ada dua metode fundamental
untuk memahami islam secara benar. Pertama, pengkajian “Al-Qur’an” yaitu
pengkajian intisari gagasan-gagasan dan output ilmu dari orang
yang dikenal sebagai islam. Kedua, pengkajian “sejarah islam” yaitu
pengkajian tentang perkembangan islam sejak masa Rasulullah menyampaikan
misinya hingga sekarang.
Syari’ati sebagaimana yang
diutarakan Hamid Algard dalam bukunya Sosiologi Islam lebih lanjut
menandaskan:
Pemahaman dan pengetahuan tentang “Al-Qur’an” sebagai sumber dari segala
ide-ide islam dan pengetahuan serta pemahaman “sejarah islam” sebagai sumber
dari segala peristiwa yang pernah terjadi dalam masa yang berbeda adalah dua
metode fundamental untuk mencapai suatu pengetahuan tentang islam yang benar
dan ilmiah.
a . Metode kajian teks secara integral
Al-Qur’an
memiliki sistematika yang sangat berbeda dengan sistematika penulisan buku yang
pernah dikembangkan oleh manusia. Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur selama
23 tahun. Selama itu Al-Qur’an diturunkan sesuai dengan kebutuhan dan
permasalahan yang berkembang. Tak jarang ayat Al-Qur’an turun merupakan respon
terhadap pertanyaan atau kejadian yang muncul pada saat itu.
Pengkajian
Al-Qur’an tidak boleh dilakukan secara parsial, yakni dipotong dari kelengkapan
kalimat ayatnya atau dari keutuhan maksudnya yang terdapat pada ayat atau
hadits lain. Jika suatu ayat atau hadits yang memiliki kaitan langsung dengan
ayat atau hadits lain tergesa-gesa disimpulkan sebelum diintegrasikan, bisa
jadi kesimpulan itu berbeda atau bahkan bertentangan dengan maksud yang
sesungguhnya.
b. Metode kajian fenomena alam
Di dalam
Al-Qur’an banyak sekalia ayat yang langsung mengangkat fenomena alam yang
sulit, bahkan tidak mungkin dipahami jika tidak dibantu dengan kajian kealaman.
Karena itu Al-Qur’an dan alam sesungguhnya kedua-duanya adalah ayat Allah Swt
yang menunjukkan serta membuktikan kebesaran dan keagungan Allah Swt.
3.
Metode Tipologi
Metode tipologi dikembangkan oleh
Syari’ati untuk memahami tipe, profil, watak, dan misi agama islam. Metode ini
memiliki dua ciri penting. Pertama, mengidentifikasi lima aspek agama. Kedua,
membandingkan kelima aspek agama tersebut dengan aspek yang sama dalam
agama lain. Dengan cara ini kita bisa melihat secara jernih betapa unggulnya
agama islam mengatasi agama-agama lainnya. Kelima aspek atau ciri agama itu
adalah:
1. Tuhan atau tuhan-tuhan dari masing-masing
agama, yaitu yang dijadikan objek penyembahan oleh para penganutnya.
2. Rasul (nabi) dari masing-masing agama,
yaitu orang yang memproklamasikan dirinya sebagai penyampai agama.
3. Kitab suci dari masing-masing agama, yaitu
dasar dan sumber hukum yang dinyatakan oleh agama itu.
4. Situasi kemunculan nabi dari tiap-tiap
agama dan kelompok manusia yang diserunya karena pesan dari tiap nabi
berbeda-beda.
5. Individu-individu pilihan yang dilahirkan
setiap agama, yaitu figur-figur yang telah dididiknya dan kemudian
dipersembahkan kepada masyarakat dan sejarah.
Langkah-langkah
mengoperasionalkan metode tipologi adalah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan tipe, konsep, keistimewaan, dan ciri-ciri Allah di dalam islam
dengan mengacu kepada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi yang sangat
terpercaya (mutawatir, shahih).
2.
Menelaah kitab suci.
3.
Menelaah kepribadian nabi dalam dimensi-dimensi kemanusiaan dan kenabiannya.
4.
Memeriksa situasi kedatangan Rasul. Kita harus menyelidiki bagaimana Rasul
menghadapi masyarakatnya ketika beliau untuk pertama kali memproklamasikan
misinya.
5.
Mengkaji kepribadian individu-individu pilihan yang dilahirkan setiap agama,
yaitu figur-figur yang telah dididiknya dan kemudian dipersembahkan kepada
masyarakat dan sejarah.
Menurut metode tipologi ini, untuk dapat mengetahui lebih luas tentang
islam adalah dengan kita memahami Allah Swt, tema-tema tentang keesaan dan
keadilan-Nya. Agar kita dapat mengenal dengan betul ciri-ciri Tuhan, kita harus
kembali kepada Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi yang sangat terpercaya.
Termasuk juga keterangan dari para ulama yang telah membahas dengan teliti
masalah ini, kemudian kita bandingkan konsepsi tentang Allah Swt dengan Tuhan
agama-agama lain.
D.
Metode Memahami Dinul Islam
Ada dua Metode
yang bisa di gunakan yaitu
1. Metode Tipologi :
a. Tuhan dari
Masing-masing Agama,
b. Rasul (Nabi) dari
Masing-masing Agama,
c. Kitab Suci dari
Masing-masing Agama,
d. Situasi Kemunculan
Nabi dari Masing-masing Agama, dan
e. Individu yang
dilahirkan dari Masing-masing Agama.
2. Metode pengkajian Al
– Qur’an secara tematis dan terpadu dengan sejarah Islam.
BEBERAPA METODE MEMAHAMI ISLAM
Perjalanan Islam sampai kini telah melampui kurun waktu yang cukup lama dan
dipeluk oleh manusia diseluruh penjuru dunia. Pemikiran Islam dapat diibaratkan
dengan sebagai sungai yang besar dan panjang. Wajar jika sumber mata airnya
yang semula bening dan jernih serta mengalir pada alur sempit dan deras dalam
perjalanannya menuju muara kian melebar, berliku-liku dan bercabang-cabang.
Airnya kian pekat karena mengangkut pula lumpur dan sampah. Geraknyapun menjadi
lamban.
Pencampuradukkan antara Islam sebagai agama dan Islam sebagai rangka
historis bagi pengembangan budaya dan peradaban telah dilanggengkan dan pernah
berkembang lebih kompleks hingga hari ini. Namun demikian,
masyarakat-masyarakat Islam harus dikaji dalam dan untuk diri sendiri.
Mempelajari Islam dengan metode ilmiah saja tidak
cukup, karena metode dan pendekatan dalam memahami Islam yang demikian itu
masih perlu dilengkapi dengan metode yang bersifat teologis dan normatif. Untuk
itu dalam memahami dan menelaah ajaran Islam yang ada dalam buku-buku ilmiah
terkadang perlu kita cermati apakah ajaran ini persial atau apakah sudah
komprehensif.
Dalam buku yang berjudul Tentang Sosiologi Islam,
karya Ali Syariati dijumpai uraian singkat tentang metode memahami yang pada
intinya Islam harus di lihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini ia
mengatakan jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandangan saja, maka yang
akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak.
Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup apabila kita
memahami secara keseluruhan. Dengan berpedoman kepada semangat dan isi ajaran
al-Quran yang diketahui mengandung banyak aspek. Berbagai aspek yang ada dalam
al-Quran jika dipelajari secara menyeluruh akan menghasilkan pemahaman Islam
yang menyeluruh.
Ali Syariati lebih lanjut mengatakan, ada berbagai
cara memahami Islam :
a. Dengan mengenal Allah dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama lain.
b. Dengan mempelajari Kitab suci Al-Qur’an dan membandingkan dengan
kitab-kitab samawi (atau kitab-kitab yang dikatakan sebagai samawi) lainnya.
c. Mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh
besar pembahruan yang pernah hidup dalam sejarah.
d. Mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkan tokoh-tokoh utama
agama maupun aliran-aliran pemikiran lain.
Pada intinya metode ini adalah metode komparasi (perbandingan). Secara
akademis suatu perbandingan memerlukan persyaratan tertentu. Perbandingan
menghendaki obyektifitas, tidak ada pemihakan, blank mind, tidak ada
pra-konsepsi dan semacamnya. Hal ini biasanya sulit dilakukan oleh seorang yang
meyakini kebenaran suatu agama yang dianutnya. Pendekatan komparasi dalam
memahami agama kelihatannya baru akan efektif apabila dilakukan oleh seorang
yang baru mau beragama. Selain dengan menggunakan pendekatan komparasi, Ali
Syariati juga menawarkan cara memahami Islam melalui pendekatan aliran. Tugas
intelektual hari ini ialah mempelajari memahami Islam sebagai aliran pemikiran
yang membangkitkan kehidupan manusia, perseorangan maupun masyarakat.
NASRUDDIN RAZAK metode memahami Islam sama dengan Ali Syariati menawarkan
metode pemahaman Islam secara menyeluruh. Memahami Islam secara menyeluruh
adalah penting walaupun tidak secara detail. Begitulah cara paling minimal
untuk memahami agama paling besar sekarang ini agar menjadi pemeluk agama yang
mantap dan untuk menumbuhkan sikap yang hormat bagi pemeluk agama lainnya.
Untuk memahami agama Islam secara benar Nasruddin Razak mengajukan empat cara :
1. Islam harus dipelajari dari sumber aslinya Al-Qur’an dan hadits. Kekeliruan
memahami Islam, karena orang mengenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya
yang telah jauh dari bimbingan Al-Qur’an dan Al-Sunah, atau melalui pengenalan
dari sumber kitab-kitab fiqh dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai
dengan perkembangan zaman. Mempelajari Islam dengan cara demikian akan
menjadikan orang tersebut sebagai pemeluk Islam yang sinkretisme, yakni
bercampur dengan hal-hal yang tidak islami jauh dari ajaran islam yang murni.
2. Islam harus di pelajari dengan integral, tidak dengan cara persial artinya
ia dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara
sebagian saja. Memahami Islam secara persial akan membahayakan, menimbulkan
skeptis, bimbang dan penuh keraguan.
3. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar
dan sarjana-sarjana Islam, karena pada umumnya mereka memiliki pemahaman Islam
yang baik yaitu pemahaman yang lahir dari perpaduan ilmu yang dalam terhadap
ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dengan pengalaman yang indah dari
praktek ibadah yang dilakukan setiap hari.
4. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan teologi normatif yang ada dalam
al-Qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan
sosiologis yang ada di masyarakat.
Memahami Islam dengan cara keempat sebagaimana
disebutkan diatas, akhir-akhir ini sangat diperlukan dalam upaya menunjukan
peran sosial dan kemanusiaan dari ajaran islam itu sendiri.
Dari beberapa metode diatas kita melihat bahwa metode yang dapat digunakan
untuk memahami Islam secara garis besar adalah dengan metode Komparasi, yaitu
suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam
agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengan demikian akan dihasilkan
pemahaman Islam yang obyektif dan utuh.
Metode ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang terkandung dalam kitab
suci. Melalui metode teologis normatif ini seseorang memulai dari meyakini
Islam sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini didasarkan pada alasan, karena
agama bersal dari Tuhan, dan apa yang berasal dari Tuhan Mutlak benar, maka
agamapun mutlak benar. Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama sebagai
norma ajaran yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia yang secara
keseluruhan diyakini amat ideal. Melalui metode teologi normatif yang tergolong
tua usianya ini dapat dihasilkan keyakinan dan kecintaan yang kuat, kokoh dan
militan pada Islam, sedangkan metode ilmiah yang dinilai sebagai tergolong muda
usianya ini dapat dihasilkan kemampuan menerapkan Islam yang diyakini dan dicintainya
itu dalam kenyataan hidup serta memberi jawaban terhadap berbagai permasalahan
yang dihadapi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar