MODEL PEMBELAJARAN TERPADU CONNECTED (TERHUBUNG)

 1.      Latar Belakang

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan pembelajaran. (Menurut Trianto, 2007:2)

Menurut Joni, T. R, Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.

Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogarty, R (1991:61-65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah :

a.         The fragmented model (Model Fragmen)

b.        The Connected model (Model Terhubung)

c.         The nested model (Model Tersarang)

d.        The sequenced model (Model Terurut)

e.         The shared model (Model Terbagi)

f.         The webbed model (Model Jaring Laba-Laba)

g.        The threaded model (Model Pasang Benang)

h.        The integrated model (Model Integrasi)

i.          The immersed model (Model Terbenam)

j.          The networked model (Model Jaringan)

Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas, di bawah ini kami akan menjelaskan mengenai pembelajaran terpadu tipe Connected.

 

2.      Pengertian Model Connected

Udin Syaefudin Sa’ud dan Novi Resmini (2006: 32) mengemukakan bahwa model Connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukkan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.



Model ini menghubungkan beberapa materi, atau konsep yang saling berkaitan dalam satu bidang studi. Materi yang terpisah-pisah akan tetapi mempunyai kaitan, dengan sengaja dihubungkan dan dipadukan dalam sebuah topik tertentu. Materi yang dipadukan adalah materi yang mempunyai konsep atau mengajarkan keterampilan yang sama dan berkaitan. Sebagai contoh guru menghubungkan atau menggabungkan konsep matematika tentang persamaan dan fungsi kuadrat dengan konsep keliling dan luas bangun datar. Kedua materi ini mempunyai konsep dan esensi yang sama, sehingga sangat cocok untuk dipadukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran terpadu tipe Connected. Masalah yang berkaitan dengan keliling ataupun luas sebuah bangun datar bisa dipecahkan dengan menggunakan persamaan dan fungsi kuadrat. Hal ini dilakukan karena materi persamaan dan fungsi kuadrat mempunyai konsep dan keterampilan yang sama dengan materi keliling dan luas bangun datar.

3.      Tujuan Model Connected

Model Connected digunakan untuk mengkaitkan beberapa bagian materi menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling terkait sehingga siswa mampu menyerap informasi secara utuh dan dapat meningkatkan kreatifitas siswa untuk melahirkan pengetahuan-pengetahuan baru sesuai dengan kemampuannya. Melalui pembelajaran model Connected, diharapkan pemikiran siswa dapat berkembang tanpa dibatasi oleh materi-materi dan tuntutan pembelajaran yang justru membingungkan siswa.

4.      Karakteristik Model Connected

Adapun karakterisitik model Connected yaitu fokus pembelajaran berpusat pada siswa sebagai pelaku utama pebelajaran. Dalam hal ini, guru bersama-sama siswa merencanakan, membuat, dan melaksanakan pembelajaran yang efektif dan berkelanjutan dengan tetap mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar.

5.      Prinsip Model Connected

Model pembelajaran terpadu tipe Connected atau keterhubungan pada prinsipnya mengupayakan adanya keterkaitan antara konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam suatu bidang studi.

6.      Kelebihan dan Kekurangan Model Connected

Kelebihan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah :

a.    Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu aspek.

b.    Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus menerus sehingga terjadi internalisasi.

c.    Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan mengasimilasi secara berangsur-angsur dan memudahkan transfer atau pemindahan ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.

Kelemahan model pembelajaran keterhubungan adalah :

a.    Berbagai mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan Nampak tidak terkait, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin).

b.    Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antara mata pelajaran.

c.    Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintegrasikan ide-ide dalam suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan mata pelajaran lain.

Adapun keunggulan dan kekurangan menurut Forgarty:

a.    Keunggulan 

Beberapa keunggulan pembelajaran terpadu model Connected Menurut Fogarty antara lain :

1)   Dengan pengintegrasian ide-ide interbidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu.

2)   Siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadi proses internalisasi.

3)   Mengintegrasikan ide-ide dalam interbidang studi memungkinkan siswa mengkaji, megkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah.

4)   Dengan adanya hubungan atau kaitan antara gagasan dalam satu bidang studi siswa mempunyai gambaran yang lebih komprehensif dari beberapa aspek tertentu mereka pelajari lebih mendalam.

5)   Konsep-konsep kuci dikembangkan dengan waktu yang cukup sehingga lebih dapat dicerna oleh siswa.

6)   Tidak mengganggu kurikullum yang sedang berlaku.

b.    Kekurangan

1)   Masih kelihatan terpisahnya antar bidang studi, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin).

2)   Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi.

3)   Memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

Berdasarkan uraian mengenai keunggulan dan kelemahan pembelajaran model connected dapat disimpulkan bahwa keunggulan model ini adalah siswa dapat memperoleh gambaran yang lebi jelas dan luas dari konsep yang dijelasakan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki, dan mengasimilasi gagasan secara bertahap. Sedangan kelemahan model ini adalah guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk membandingkan atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.

7.      Langkah-langkah Model Connected

Pada dasarnya langkah-langkah (sintak) pembelajaran mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Trianto: 2007). Berkaitan dengan itu maka sintak model pembelajaran Connected diperoleh dari berbagai model pembelajaran langsung (direct instructions), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), maupun model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instructions).

Sintaks pembelajaran model Connected dapat bersifat luwes dan fleksibel. Artinya, bahwa sintak dalam pembelajaran model Connected diakomodasi dari berbagai model pembelajaran yang dikenal dengan istilah setting atau merekonstruksi. Apabila model pembelajaran Connected  dilaksanakan dengan baik dan benar, akan bisa meningkatkan interaksi belajar yang diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa.

Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe Connected (terhubung) menurut Prabowo (2000:11-14) sebagai berikut :

a.       Tahap Perencanaan

1)   Menentukan tujuan pembelajaran umum

2)   Menentukan tujuan pembelajaran khusus

Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru :

1)   Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa (materi prasyarat)

2)   Menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa

3)   Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan

4)   Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan atau dibutuhkan

5)   Menyampaikan pertanyaan kunci.

b.      Tahap Pelaksanaan, meliputi:

1)   Pengelompokkan kelas (dengan membagi kelas ke dalam beberapa kelompok)

2)   Kegiatan proses

3)   Kegiatan pencatatan data

4)   Diskusi secara klasikal

c.       Evaluasi, meliputi:

1)   Evaluasi proses, berupa :

a)    Ketepatan hasil pengamatan

b)   Ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan

c)    Ketepatan siswa saat menganalisis data

2)   Evaluasi produk : penguasaan siswa terhadap konsep-konsep atau materi sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.

3)   Evaluasi psikomotor : kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.

Sintak ini dikembangkan dengan mengadopsi sintaks model pembelajaran langsung yang diintegrasikan dengan model pembelajaran kooperatif. Model pelajaran langsung terlihat dari fase-fase yang digunakan maupun langkah-langkah yang ditempuh guru, sedangkan sintaks pembelajaran kooperatif ditunjukan pada kegiatan guru difase 1 dan 2 dalam kegiatan. Sintaks pembelajaran terpadu model Connected (Indrawati, 2010):

Tahap

Tingkah laku guru

Kegiatan Awal

Fase-1

Pendahuluan

1.    Mengaitkan pelajaran sekaran dengan pelajaran sebelumnya.

2.    Memotivasi siswa.

3.    Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasarat yang sudah dikuasai siswa.

4.    Menjelaskan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar dan Indikator).

Fase-2

Presensi Materi

1.     Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan.

2.     Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan.

3.     Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui charta.

4.     Memodelkan penggunaan peralatan melalui charta.

Kegiatan Inti

Fase-1

Membimbing pelatihan

1.    Menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok pelajar.

2.    Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuaikan komposisi kelompok.

3.    Membagi buku siswa LKS.

4.    Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan

5.    Memberikan bimbingan seperlunya.

6.    Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan.

Fase-2

Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik

1.   Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas.

2.   Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan.

3.   Meminta anggota kelompok untuk menanggapi hasil presentasi.

4.   Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi.

Kegiatan akhir

Fase-1

Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

1.   Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang diberikan.

2.   Membimbing siswa yang menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang baru dipelajari.

3.   Memberikan tugas rumah.

Fase-2

Menganalisis dan mengevaluasi

1.   Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka.

 

8.      Implementasi Model Connected dalam Pembelajaran

Implementasi pembelajaran model connected dikembangakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar. Di dalam pembelajaran bahasa dan sastra secara terpadu, yaitu pembelajaran kemampuan berbahasa  meliputi aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek membaca, aspek menulis dipayungkan dalam pembelajaran apresiasi sastra. Berikut ini bagan pembelajaran terpadu bahasa dan sastra:



            Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempu adalah sebagai berikut:

a.       Siswa mendengarkan cerita rakyat dan mengidentifikasi unsur-unsur cerita rakyat.

b.      Siswa membaca cerita dan menyimpulkan isi ceritanya.

c.       Siswa menulis dialog dua atau tiga tokoh sesuai dengan isi cerita yang telah dibaca.

d.      Siswa berlatih berbicara sesuai dengan dialog yang sebelumnya telah ditulis.


 

DAFTAR PUSTAKA

Fogarty, Tobin. (1991). How to Integreted the Curricula. Palatine, Illinois: IRI/Skylight Publishing, Inc.

Syahruddin, Udin. & Resmini, Novi. (2006). Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI PRESS.

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hallo

Assalamu'alaikum wr.wb Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya saya dapat membuat blog ini. Salawat...